Tampilkan postingan dengan label PUISI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PUISI. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 15 Juni 2019

Manusia, Malaikat, dan Setan

Manusia dicipta dari Tanah
Malaikat dicipta dari cahaya
Setan dicipta dari api

Tanah tempat untuk dipijak
Cahaya tuk menyinari kegelapan
Api tak bijak untuk disentuh

Tanah nyaman dan dingin
Cahaya hangat dan menghidupkan
Api tak hanya panas, tapi juga menghanguskan

Lupa sifat manusia
Malaikat tak pernah maksiat
Setan tak lelah untuk membujuk

Lupa lalu ingat
Taat dan tak pernah lelah
Bujuk, rayuan, lalu terbahak kemudian

Jumat, 14 Juni 2019

MERINDUKAN IBU

Aku sayang Ibu
Tapi Ibu pergi...
Sekolah di luar negeri
Aku hanya bisa berharap

Ibuku cepat pulang?
Aku ingin sekali bertemu denganmu
Siang malam selalu ku rindu

Tapi...!
Aku baru bisa bertemu tiga tahun lagi
Sungguh amat lama...
Aku sangat merindukanmu

Aku ingin engkau cepat pulang
Menemaniku...
Dalam suka dan duka
Oh... Ibu

Karya Mira Latifa Sari
Santriwati TPQ Al Muhajirun. Komplek Telkom. Ciputat
2012

Selasa, 04 Juni 2019

MELAWAN KEMATIAN

Merentang usia muda
Bak tak berujuang
Dunia menjadi miliknya
Semua diterabas

Kematian dilawan
Seolah dirinya Tuhan
Kematian dapat dikendalikan
Ia lupa siapa yang mencipta

Meregang
Tak sanggup melawan
Hati pun membantu
Tak sanggup mengendapkan ruhnya

Manusia terlalu rapuh
Sangat rapuh
Kematian tak sanggup dilawan
Sekarang Ia berbantal tanah

Berselimut gelap
Berteman amalnya
Malaikat datang
Mengkorfimasi sesuatu

Rindu

Hati siapa yang tak sedih, bila tak jumpa orang terkasih
Dada sesak penuh harap, kampung halaman menjadi tujuan
Lebaran menunggu
Pada beberapa jam kedepan

Hilir mudik kendaraan
Berjuang untuk silaturahmi
Jumpa saudara sepermainan
Melepas penat

Rindu hati ini pada ayah ibu
Bersua senyum
Berpeluk rindu
Gendu-gendu rasa

Malam nanti takbir bertalu-talu
Menggema ke penjuru dunia
Adakah sama rinduku dan rindunya
Melepas kangen ayah ibu

Maaf, kata untuk rindu
Maaf, kata untuk pejuang
Maaf, adalah rindu
Rindu maaf memaafkan


Bogor 4 Juni 2019
Delapan jam jelang takbiran
Untuk Ayah Ibu
Untuk Teman kecilku
Untuk keluarga kecilku

PEJUANG

Tak lahir dari keheningan perjalanan
Tak lahir dari lamunan angan-angan
Ia laksana gemuruh ombak
Ia laksana badai yang mengamuk

Peluh keringat tak ia hiraukan
Pejuang pantang pulang sebelum menang
Menaklukan diri sendiri
Agar arif bijak

Berkawan sunyi
Bermantel prinsip
Bertoreh kemuliaan
Bersarung kepribadian

Minggu, 02 Juni 2019

BUMI YANG BERGONCANG

Hari itu manusia bertanya
Berta besar telah datang
Bumi yang terbelah-belah
Tanda usai sudah

Bumi bercerita tentang dirinya
Perintah Allah tak dapat ditolaknya
Bumi tak pernah menolak
Mahluk yang taat

Manusia bangkit dari alam kubur
Dengan berbagai bentuk rupa
Menggendong amal dipundaknya
Amal kecil ataupun besar

Kebaikan akan ditimbang
Begitu juga keburukan
Pandangan semakin tajam
Membelalak menembus pilu


Senin 18 Februari 2008

Jumat, 31 Mei 2019

LASKAR PELANGI

Lelaki itu bernama Andrea Hirata
Ikal rambutnya membuat tegar jiwanya
Sinar matanya mengguratkan ketahanan jiwanya
Lembutlah suaranya menyiratkan asam garam perjalanan hidupnya

Bergelut dengan "kerapuhan" hidup yang mendera
Tapi kerapuhan itu membakar semangatnya
Jiwa yang berontak dihadapkan dengan alakadarnya
Menyibak misteri yang terpendam dalam raganya

Laskar Pelangi telah membentuk jiwanya kuat
Kekuatannya mampu merobek kepapaan
Tapi Laskar Pelangi adalah prinsip yang menebar pesona
Aura wong Belitong yang bergarang pelita

Indah memegang tampuk Laskar Pelangi yang bergelora
Laskar yang bercabang Pelangi
Pelangi itu bermuara pada
LASKAR PELANGI

Sabtu 16 Februari 2008

TERATAI PUTIH

Ia tumbuh di tempat yang tak dipandang
Dipandangpun tak bersanding pelita
Pandangan jatuh pada sekitar mata
Berpendar tak sempurna

Hati sejuk melihat
Sebuah pesona jiwa nan sempurna
Bak awan yang menentramkan sukma
Tumbuh subur di padang sanubari

Menengadah embun-embun pagi
Berbingkai mentari
Sekarang Tak sebelah mata pada retina
Menembus sukma raga

Tampil muka dunia
Teratai putih sekarang bercahaya
Sehangat mentari pagi
Putih, suci, dan berakarakter

Aroma sedap menampar hidung
Telinga mendengar desau angin
Teratai putih mekar bersama angin
Sepoi nan damai


Ahad 17 Februari 2008

Kamis, 30 Mei 2019

JENDELA

Udara pagi masuk lewat jendela
Fentilasi yang mashur
Tak pernah jemu
Manusia terus membuat
Agar tak lembah seisi rumah

Sirkulasi adalah penting
Sepenting udara itu sendiri
Jam panjang membuat kerja tubuh lelah
Hingga udara perlu masuk lewat jendela

Membaca adalah jendala
Mampu mengintip hanya dengan duduk bersila
Membentang cakrawala di belahan dunia
Membaca adalah menerapkan jendela informasi

Sabtu, 27 April 2019

Padi

Petani tangguh berangkat pagi
Menyusuri pematang sawah
Cangkul menggelayut di atas pundaknya
Caping menempel di atas kepalanya
Tangan kanan membawa bekal dalam rantang bersusun
Matanya sigap mengawasi sekitar

Petani tangguh mulai mencangkul
Menggulingkan tanah
Mengaduk-aduk aduk merata
Lalu sebarkan benih merata
Agar tumbuh bibit padi yang tangguh

Rabu, 24 April 2019

Pujangga

Menyisir peradaban
Dengan tinta kelembutan
Menyibak kebenaran
Dengan tinta kebenaran

Berjalan tertatih
Hanya untuk setitik sebuah prinsip
Agar kedamaian terasa nikmat
Keamanan mendera setiap inci insan

Pelita tak pernah redup
Tak pernah lekang termakan zaman
Zaman keemasan
Pujangga sang peniti zaman
Agar zaman tak lekang dimakan zaman

MALAM

Temannya kegelapan
Jejak para bintang mengangkasa
Embun dingin di pagi hari
Jejak musafir ada pada tiap gerakan

Malam menjadi evaluasi
Jejak pagi, siang, dan sore
Merekam semua unsur gerakan
Teratur, tertib, dan tanpa hianat

Malam selimut pekat
Jejak pencari suaka
Selimut bulan
Tak pernah jengah memandang malam

Musafir penggenggam malam
Pejalan tangguh
Tak pernah mengeluh
Jati diri setiap insan
Pencinta malam

Hijab

Perisai yang tangguh
Mulia karena jati diri
Bukan penghamba duniawi
Selalu mencari kebenaran

Untuk "negeri" yang abadi
Tanah yang diberkahi
Ikatan yang mulia
Sedekah adalah utama

Hijab
Pelindung
Perisai
Benteng
Semua untuk kebenaran

Pencari Tajil

Langkah terseok kaki terperosok
Pandangan kabur tertutup debu
Jalanan lumpur dan terjal
Awan hitam menggantung
Hujan turun dengan lebat

Lapar dahaga
Siang terasa panjang
Malam mencekam
Hiruk pikuk berkelebat
Sembunyi sebagai satu jalan

Mencari perlindungan
Mencari kemenangan
Agar yang terseok dapat berdiri tegak
Kabur menjadi jelas
Hitam menjadi putih

Kelaparan kehausan menjadi nikmat
Bila ujungnya kemenangan
Malam ceria
Hiruk pikuk pencari tajil
Agar buka puasa terasa tak sembunyi

Jumat, 29 Maret 2019

TENDANGAN GARUDA

Ambisi, dendam, dan prahara
Menjadi kita lebur dalam kepekaan
Lidah juga senjata yang mematikan
Karena tak bertulang
Mari merenung

Penderitaan
Prahara yang menyakitkan
Tendanga Garuda meredam semua kegelisahan
Pemilik rumah bermunajat setiap kakimu merebut bola dari lawan

Penjual marak di sekitar stadion
Keluarkan uang dan datangi mereka
Tak hanya berkoar-koar
Agar asap kepahitan tak terus mendikte mereka

Indonesia! Teriakan-Teriakan
TIMNAS berebut tempat
Ramai menjadi komentator
Sumpah serapah kepada TIMNAS yang merangkak di tengah jalan

Beri kesempatan kepada TIMNAS
Agar tendangan melesat tajam ke gawang lawan
Gerakannya lincah seperti garuda
Gelar juara akan disandang


Untuk Garuda Indonesia
23 Juni 2014

AYAH

Rasa ini tak bisa dipungkiri
Sepanjang nafas aku selalu saja memikirkanmu
Ayah, kapan aku bisa membahagiakanmu
Sepanjang usia kau habiskan untuk anak-anakmu

Ayah, kini kau mulai menua
Tubuhmu makin payah
Mengangkat beban hidup
Selalu saja masalah menghampirimu

Kedua matamu sudah tak awas lagi
Untuk mengurai sebuah peristiwa
Selalu saja himpitan datang silih berganti
Engkau bisa pilih solusi

Ayah...
Aku baik-baik saja
di sini
di Jakarta

25 Juni 2014

SISI BERANI

Berani adalah kepercayaan hati pada satu hal
Pernahkah berjumpa dengan keberanian
Yang isinya membentuk kesatria
Pernahkah berpikir untuk menjadi pecundang
Sesekali saja untuk berpikir berani

Berani karena di sana ada ujung sebuah kepastian
Siapa saja yang mengerti tentang sebuah keberanian
Ia akan menjadi sesuatu yang berbeda
Ini adalah sebuah pelarian dari sebuah prinsip
Prinsip yang abadi

Rabu, 27 Maret 2019

Perjalanan

Sejalan itu perhatian waktu
Perjalanan itu laksana sinar matahari
Manusia lahir serba buta tak tahu apa-apa
Naif dan sembrono adalah sisi dari sebuah perjalanan

Setiap cinta melahirkan cinta yang lain
Setiap perbedaan akan melahirkan perbedaan yang lain
Bangkit dari sesuatu yang berbeda
Mencintai adalah produk dari sanubari

Setiap perjalanan akan menghasilkan nafas yang berbeda
Perjalanan adalah sesuatu yang mendewasakan, apapun itu
Tak ada yang terus berjalan di muka bumi
Perjalanan akan terhenti manakala waktu telah memberi jeda untuk berjalan

Sabtu, 19 Januari 2019

PERJALANAN

Ya, Muhammad sungguh Indah Hidupmu
Hiasan Ahlak pada Perilakumu
Ketika Jibril  Membelah dadamu
Di sucikannya dengan Zam-Zam
            Bejana Emas berisi Hikmat dan Iman
            Di Tuangkan ke Dadamu
            Di Tautkannya Kembali
            Untuk Perjalanan Suci
Menembus Langit Dunia
Hikmah Berjumpa Para Nabi
Melihat Penduduk Syurga dan Neraka.
Pelajaran Bagi Umat Manusia
            Sampailah ke tempat yang tertinggi
            Hingga terdengar Goretan Pena
            Perintah Allah di Titahkan
            Pada Umat Muhammad Saw
Turun Muhammad setelah Menerima Titah
Berjumpa dengan Musa
Dialog manis Terjadi
Umatmu Takkan Sanggup
            Muhammad Menghadap Rabb
            Di kuranginya sebagian Titah itu
            Kembali Bertemu Musa
            Umatmu Takkan Sanggup
Muhammad kembali Menghadap
Titah itu di kurangi
Dialog Cinta Bersama Musa
Umatmu Takkan Sanggup
            5 sebanding dengan 50
            Itulah Firman Allah Swt
            Putusannya tak bisa berubah
            Muhammad menerima
Dialog Indah dengan Musa
Muhammad merasa malu
Malu Aku pada Tuhanku
Tuhan Yang Maha Bijak
            Sidratul Muntaha
            Tempat terindah mata memandang
            Beraneka ragam warna
            Jibril Membawa Muhammad ke syurga
Didalamnya
Mutiara tersusun Indah
Bumi di sana, bagaikan Kasturi
Berakhirlah perjalanan Suci

Di sarikan dari Kitab Shohih Bukhari. 

Deplu Tengah, 30 Mei 2013         

Jumat, 11 Januari 2019

Tetes Air Mata

Sebuah cerita tentang ketergesa-gesaan. Sebuah keputusan yang berakibat pada harga iri yang terinjak-injak. Sebuah palu norma kesantunan, hingga berujung pada sebuah tetesan air mata yang begitu deras tak terbendung lagi. Kepribadian cacat tak utuh lagi, hanya kenangan buruk yang sering manjadi hantu, dan mengucapkan terimakasih kepada mulut yang mengatakan tidak pada sebuah rasa serta tentang kebusukan di balik jubah kepribadian.

Sikapku membuatmu tak banyak cakap
Sebuah rona nggak enak ada di mimikmu
Membuatku semakin bersalah
Ada kata-kata yang mengusik relung hatimu

Agustus yang ketus
Ada sikapku yang memelas
Pada rasa palsu yang terbatas
Pada hampa sebuah cemistry

Angkuh, Sok pede pada putusan rasa
Hinggap di daerah jantung
Hinggap pada iman yang lemah
Diriku tak serendah cita-citaku